24 C
Gresik
Saturday, 1 April 2023

Ada Apa Dengan Rhoma Irama, Dangdut, Dan Deep Purple?

GRESIK – Sebagai penggemar lagu Soneta yang sudah seringkali mendengarkan musik Soneta mulai dari Orkes Melayu hingga menjelma menjadi jenis musik dangdut, tentu bagi saya tidak asing lagi ketika mendengarkan aransemen musik Deep Purple karena bagi saya musik Soneta memang terinspirasi dari lagu-lagu Deep Purple, seperti mendengarkan lagu “Child in Time” yang mirip dengan lagu “Ghibah”, dan juga senyampang mirip dengan lagu “Terpaksa”. Begitu juga lagu “Smoke on The Water” yang kemarin (Jumat/10/03/2023) sempat viral ternyata juga mirip dengan lagu “Nafsu Serakah”.

Pertanyaannya, apakah Rhoma Irama dan Soneta tidak sadar bahwa lagu tersebut melanggar hak cipta? Tentu sebelum jauh memvonis, terlebih dahulu kita berpijak pada sejarah perkembangan musik dangdut di Indonesia dimana banyak sekali unsur pendukung yang perlu ditinjau sehingga tercipta jenis musik yang bernama dangdut.

Sebelum berkembang menjadi Dangdut, lebih dahuludikenal dengan istilah Orkes Melayu. Orkes atau orkest (ejaan lama) sebenarnya berasal dari Eropa yakni orchestra. Orkes Melayu berkembang pada akhir 1930an, saat itu ciri musik ini adalah memakai instrumen musik ala Eropa, seperti piano dan biola. Kata Melayu sendiri dipilih untuk membedakan jenis musik ini dengan musik lainnya. Tercatat bahwa pada tahun 1930an, Orkest Melajoe Sinar Medan pimpinan Abdul Halim dari Batavia (Jakarta) memainkan lagu melayu dengan diiringi instrumen musik Eropa.

Musik Melayu merujuk pada satu jenis musik yang berkembang di Pantai Sumatra Timur dan terkenal dengan nama Melayu-Deli. Sehingga pada masa itu, musik Melayu diasosiasikan sebagai Irama Deli. Istilah Orkes Melayu sendiri sebenarnya dipopulerkan oleh Dr. Adnan Kapau Gani, Orkes Melayu merupakan bentuk penyetaraan selera musik Indonesia terhadap Eropa sekaligus disisi lain sebagai pembeda bahwa musik ini adalah jenis lagu melayu bukan lagu Eropa.

Baca Juga : Risiko Kehamilan Ektopik Ancam Jiwa, Diagnosis Harus Cepat dan Tepat

Pada tahun 1940an, sebenarnya banyak lagu-lagu sudah bernuansa dangdut. Hanya saja istilah dangdut pada saat itu belum muncul. Pada saat itu, ada beberapa alat musik yang ditambahkan dalam Irama melayu seperti rebana dari Arab, mandolin dari Amerika Latin, tabla dari India, kemudian dikolaborasikan dengan piano, biola, dan saksofon. Unsur India mulai masuk sejak masa ini, masuknya tabla dalam aransemen musik Melayu itu sering disebut dengan istilah “irama tabla” kemudian terus berkembang dari tahun ke tahun.

Pada tahun 1950an, Irama melayu cenderung bernuansa lagu India dengan penyanyi tenar saat itu yakni Ellya M. Haris atau lebih dikenal sebagai Ellya Khadam dengan lagu “Boneka dari India” yang diciptakan oleh Husein Bawafie. Kemudian pada masa demokrasi terpimpin, arus budaya perfilman dan musik India mulai masuk dengan sangat kencang lantaran ditutupnya keran perfilman Barat.

GRESIK – Sebagai penggemar lagu Soneta yang sudah seringkali mendengarkan musik Soneta mulai dari Orkes Melayu hingga menjelma menjadi jenis musik dangdut, tentu bagi saya tidak asing lagi ketika mendengarkan aransemen musik Deep Purple karena bagi saya musik Soneta memang terinspirasi dari lagu-lagu Deep Purple, seperti mendengarkan lagu “Child in Time” yang mirip dengan lagu “Ghibah”, dan juga senyampang mirip dengan lagu “Terpaksa”. Begitu juga lagu “Smoke on The Water” yang kemarin (Jumat/10/03/2023) sempat viral ternyata juga mirip dengan lagu “Nafsu Serakah”.

Pertanyaannya, apakah Rhoma Irama dan Soneta tidak sadar bahwa lagu tersebut melanggar hak cipta? Tentu sebelum jauh memvonis, terlebih dahulu kita berpijak pada sejarah perkembangan musik dangdut di Indonesia dimana banyak sekali unsur pendukung yang perlu ditinjau sehingga tercipta jenis musik yang bernama dangdut.

Sebelum berkembang menjadi Dangdut, lebih dahuludikenal dengan istilah Orkes Melayu. Orkes atau orkest (ejaan lama) sebenarnya berasal dari Eropa yakni orchestra. Orkes Melayu berkembang pada akhir 1930an, saat itu ciri musik ini adalah memakai instrumen musik ala Eropa, seperti piano dan biola. Kata Melayu sendiri dipilih untuk membedakan jenis musik ini dengan musik lainnya. Tercatat bahwa pada tahun 1930an, Orkest Melajoe Sinar Medan pimpinan Abdul Halim dari Batavia (Jakarta) memainkan lagu melayu dengan diiringi instrumen musik Eropa.

-

Musik Melayu merujuk pada satu jenis musik yang berkembang di Pantai Sumatra Timur dan terkenal dengan nama Melayu-Deli. Sehingga pada masa itu, musik Melayu diasosiasikan sebagai Irama Deli. Istilah Orkes Melayu sendiri sebenarnya dipopulerkan oleh Dr. Adnan Kapau Gani, Orkes Melayu merupakan bentuk penyetaraan selera musik Indonesia terhadap Eropa sekaligus disisi lain sebagai pembeda bahwa musik ini adalah jenis lagu melayu bukan lagu Eropa.

Baca Juga : Risiko Kehamilan Ektopik Ancam Jiwa, Diagnosis Harus Cepat dan Tepat

Pada tahun 1940an, sebenarnya banyak lagu-lagu sudah bernuansa dangdut. Hanya saja istilah dangdut pada saat itu belum muncul. Pada saat itu, ada beberapa alat musik yang ditambahkan dalam Irama melayu seperti rebana dari Arab, mandolin dari Amerika Latin, tabla dari India, kemudian dikolaborasikan dengan piano, biola, dan saksofon. Unsur India mulai masuk sejak masa ini, masuknya tabla dalam aransemen musik Melayu itu sering disebut dengan istilah “irama tabla” kemudian terus berkembang dari tahun ke tahun.

Pada tahun 1950an, Irama melayu cenderung bernuansa lagu India dengan penyanyi tenar saat itu yakni Ellya M. Haris atau lebih dikenal sebagai Ellya Khadam dengan lagu “Boneka dari India” yang diciptakan oleh Husein Bawafie. Kemudian pada masa demokrasi terpimpin, arus budaya perfilman dan musik India mulai masuk dengan sangat kencang lantaran ditutupnya keran perfilman Barat.

Most Read

Berita Terbaru