GRESIK— Mulai merebaknya kembali hama tikus mendapatkan perhatian penuh dari Dinas Pertanian (Dispertan) Gresik. Pasalnya, tidak hanya merugikan hasil pertanian. Namun, banyak petani yang tewas karena jebakan setrum listrik yang dibikinnya sendiri.
Maka dari itu, bersama Pemerintah Desa (Pemdes), Dispertan mengintensifkan sistem gropyokan untuk mengendalikan hama tikus. Seperti yang dilakukan di Desa Gredek, Kecaman Duduksampeyan.
Kepala Dispertan Kabupaten Gresik Eko Anindito Putro mengatakan gropyokan dilakukan untuk mencegah masyarakat menggunakan listrik. Sebab, penggunaan listrik sangat berbahaya. “Jadi kami memilih mengintensifkan gropyokan. Selain memaksimalkan penggunaan rubuha,” ujarnya didampingi Kabid Sarana, Prasarana dan Penyuluhan Baktiar Gunawan.
Dikatakan, gropyokan di Desa Gredek menggunakan dua metode. Pertama dengan semprong. Yakni memanfaatkan asap dari belerang untuk membunuh tikus. “Kemudian menggunakan racun kimia untuk membunuh tikus,” ungkap dia.
Ia menjelaskan, agar bangkai tikus yang mati karena racun tidak dimakan burung hantu, pihak desa meminta masyarakat untuk mengambil bangkai tersebut. Setiap masing-masing bangkai dihargai Rp 3 ribu. “Baru kemudian dimusnahkan sekaligus,” terangnya.
Ia menambahkan, gerakan gopyokan tikus ini dilakukan diseluruh desa di Kabupaten Gresik. UPT bersama penyuluh mengajak petani bersama-sama mengurangi penggunaan setrum listrik. “Semua sudah melakukan. Memang yang menghargai bangkai tikus Rp 3 ribu perekor baru Gredek. Ini murnu kebijakan Desa,” imbuhnya. (rof)