GRESIK – Tragedi Korona semakin parah. Hampir dua tahun wabah ini merajalela memorak-porandakan semua negara. Tidak pandang bulu negara kecil atau besar. Juga tidak memandang suku, ras, dan agama. Namanya sepintas indah tetapi mahkluk ini sangat berbahaya. Semua merasakan dahsyatnya makhluk Tuhan yang bernama Korona. Kehadirannya tidak dapat diketahui. Membuat ketakutan semua orang sedunia. Tidur nyenyak mungkin sudah tersita. Kecemasan melanda menurunkan imunitas tubuh dan sesakkan dada. Korban jiwa terus bertambah. Tangisan anak-anak ditinggal orang tua. Kematian akibat Korona setiap detik menambah data. Ruamah sakit penuh dan terpaksa menolak pasien covid-19. Membuat sejengkal tanah sangat berharga. Dulu yang tidak percaya kini terbelalak, sadar karena terpapar dan menderita.
Kebijakan demi kebijakan digulirkan untuk mengatasi masalah. Kas negara dikucurkan demi menolong rakyatnya tetapi belum juga redah. Perekonomian lemas dan terkuras. Stabilitas keamanan juga membuat cemas. Daya beli masyarakat anjlok. Para pedagang tertunduk lesu. Pelaku perekonomian memeras otak dan banting setir. PHK di mana-mana. Pengangguran melebihi ambang batas.
Pendidikan pun tidak jelas. Demi keselamatan jiwa pendidikan harus dari rumah. Keselamatan memang tujuan utama. Paradigma pun berubah sejalan dengan situasi dan kondisi. Pembelajaran Tatap Muka (PTM) harus beralih ke Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Di sinilah semua bergerak menyelaraskan tuntutan zaman. Teknologi terpaksa harus ditekuni oleh guru dan siswa juga orang tua. Generasi diminabobokkan dengan belajar di rumah. Tetapi dampaknya sangat terasa. Pembelajaran mandiri di rumah membuat anak manja dan terlena. Sementara orang tua tidak sanggup berperan sebagai guru damping anak-anaknya. Sentuhan guru semakin jauh. Tutur kata dan ocehan guru yang seharusnya terdengar langsung kini lama tidak lagi. Degradasi motivasi membuat para siswa nyaman di rumah. Pemerintah dan para menteri memutar otak tidak kenal lelah mencari formula ampuh mengatasi kesulitan ini. Korona belum juga ada tanda-tanda berakhir. Mala semakin semakin menggila. PTM (pertemuan tatap muka) ditunda.
Regulasi pemerintah sudah banyak digulirkan. Diantaranya Peraturan Pemerintah Nomor 21 tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar dalam rangka Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 yang didalamnya melarang sekolah bagi daerah merah. Peraturan ini diturunkan dan dijabarkan oleh Peraturan Bupati Gresik nomor 12 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) dalam penanganan Corona Virus Disease (Covid-19). Surat Edaran Menteri Pedidikan dan Kebudayaan Nomor 4 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan Dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.
Kemudian ditindaklanjuti Surat Edaran Kepala Dinas Pendidikan Nomor 420/971//437.53/2020, tentang Kegiatan Pembelajaran di Rumah. Kini pemerintah memberlakukan PPKM Darurat untuk daerah Jawa dan Bali dengan tujuan sama yakni membatasi penyebaran Covid-19. Sudah pasti sekolah-sekolah yang berada di daerah ini harus pembelajaran di rumah lagi. Itu ujian kesabaran bagi semua. Sepertinya ujian Allah SWT belum juga selesai. Orang tua dan anak-anak yang sudah setahun lebih belajar di rumah sangat rindu sekolah. Ajaran baru yang menjadi momen indah bagi anak dan orang tua awal memasuki sekolah baru harus tertunda. Bagi anak tingkat menengah pertama dan atas, belum bisa mengikuti PLSP (Pengenalan Lingkungan Satuan Pendidikan) atau istilah sejenisnya. Semoga Corona segera berakhir. Anak-anak bangsa ini bisa kembali ceria. Menyambut pagi, membawa tas pergi ke sekolah. (*)