GRESIK – Banjir di wilayah Gresik Selatan masih merendam tiga Kecamatan. Kali ini banjir bergeser dari Kecamatan Balongpanggang ke Benjeng ke Kecamatan Cerme. Air luapan Kali Lamong merendam rumah warga dan jalan raya.
Terparah, Jalan Raya Morowudi, Cerme, ketinggian air di Jalan Raya Morowudi setinggi 30 sentimeter. Sepanjang 700 meter terendam banjir. Pengendara roda dua yang nekat melintas, terpaksa menuntun kendaraannya. “Banjirnya bikin motor mogok,” kata Anam Randum warga Benjeng.
Berdasarkan data BPBD Gresik, 250 rumah terendam di Desa Morowudi. Air luapan kali lamong merendam jalan raya, jalan poros desa hingga persawahan. Ketinggian ari banjir dari 10 hingga 50 cm. Sementara, panjang genangan bisa mencapai 1.500 meter.
Akibat banjir tersebut, jembatan Desa Klampok Benjeng amblas tersapu arus banjir Selasa (29/12). Tersapunya jembatan penghubung dua kecamatan itu lantaran terus-terusan disapu gelombang sejak banjir awal menggenang Kecamatan Balongpanggang dan Benjeng tanggal 13 Desember 2020 lalu.
Warga Klampok Muhammad Rosyid mengatakan, jembatan mulai rubuh sejak air datang lagi karena hujan tak kunjung berhenti. “Tidak terlihat mana jalan mana sungai pas banjir itu,” kata pria yang rumahnya tepat berada di depan jembatan itu.
Sementara itu, Camat Benjeng Suryo mengatakan, jembatan tersebut belum bisa diperbaiki dalam waktu dekat ini. Untuk sementara ada warga yang berjaga secara bergantian sekaligus memasang portal. “Ada warga yang berjaga, dan kami berharap segera ada perbaikan dari pemerintah,” ucapnya.
Terpisah, Sekertaris Komisi III DPRD Gresik Abdullah Hamdi juga mengomentari terkait rubuhnya dinding jembatan tersebut. Menurutnya, tembok penahan tanah (TPT) di jembatan itu tidak kuat. Hal itu dilihat dari kondisi awal dimana TPT mengalami retak. Karena tidak segera ditangani kemudian terkena banjir, membuat rongga tanah tergerus hingga menyebabkan tembok jembatan roboh. Pihaknya berharap pihak terkait segera menangani jembatan itu, yakni dengan memperkuat TPT hingga memadatkan tanah. Memang saat ini APBD sudah digedok, namun bisa menggunakan anggaran insidentil. “Ditutup aja jalannya karena bahaya bisa semakin tergerus, dan harus segera diperbaiki,” tandasnya. (fir/han)