GRESIK– Kegiatan pembelajaran tatap muka (PTM) di Kabupaten Gresik masih menunggu kesiapan dari Dinas Pendidikan (Dispendik). Kendati demikian, saat ini hasil angket persetujuan wali murid untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka sudah sampai ke meja bupati.
Bupati Gresik, Sambari Halim Radianto memastikan proses pembelajaran tidak perlu menunggu perubahan zona dari oranye menjadi kuning. Meski demikian, orang nomor satu di Kabupaten Gresik ini menyebut sejumlah syarat untuk memulai proses belajar tatap muka. Mulai dari kehendak masyarakat yakni dengan angket, hingga draf teknis pelaksanaan yang dibuat oleh Dinas Pendidikan.
Selama beberapa minggu belakangan Dispendik Pemkab Gresik maupun Cabang Dispendik Pemprov Jatim telah menyebarkan angket persetujuan. Hasilnya, untuk SD dan SMP mayoritas wali murid menolak PTM. Sementara untuk SMA/SMK mayoritas setuju pembelajaran tatap muka dilaksanakan. Sambari juga meminta Dispendik merundingkan dengan para komite sekolah terkait pembelajaran tatap muka ini.
“Setelah persyaratan itu terpenuhi, pihak Pemkab akan memberikan rekomendasi tersebut. Sebab, data hasil angket yang sampai kepada saya menunjukan keinginan masyarakat untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka,” imbuhnya.
Di bagian lain, Kasi Pendidikan Cabang Dispendik Rita Riana mengatakan, untuk SMA 90 persen setuju pembelajaran tatap muka sedangkan SMK 97 persen setuju pembelajaran tatap muka. Meski mayoritas setuju, pihaknya menunggu keputusan resmi dari Bupati. “Setelah itu, nanti kita tinggal menyesuaikan. Kalau untuk kesiapan sekolah sudah siap. Tinggal menunggu lampu hijau dari bupati saja,” ujar Rita.
Kabid Pendidikan Dasar Nur Maslichah Dispendik Gresik mengatakan, daya dukung lain seperti tertuang dalam instrumen kelembagaan belum terpenuhi. Selain itu jawaban dari angket wali murid harus diserap sepenuhnya.
Sementara itu, Kadispendik Mahin menambahkan, uji coba pembelajaran tatap muka akan digelar pada November nanti. Namun dengan syarat Gresik berzona kuning.
“Kami lebih mempertimbangkan keselamatan siswa. Kalau belum aman, kami tidak mau membuka sekolah, dari pada nanti muncul klaster baru,” pungkasnya. (Fir)