GRESIK – Rencana aksi unjuk rasa gagalkan Omnibus Law yang akan dimulai pada tanggal 6 sampai 8 Oktober oleh serikat bersama (sekber) buruh Kabupaten Gresik akan berlangsung dengan prtokol kesehatan yang ketat. “Massa aksi agar tetap melaksanakan protokol kesehatan dalam kegiatan aksi Unjuk rasa,” harap Kapolres Gresik AKBP Arief Fitrianto saat mengadakan silaturahim bersama Dandim, Disnaker, Apindo, serta Serikat pekerja di di Aula Parama Satwika 98 di Mapolres Gresik,Senin (5/10).
Kadisnaker Gresik Ninik Asrukin menyampaikan, asprirasi dari teman-teman serikat terkait omnibus law disampaikan oleh Bupati Gresik ke pemerintah pusat. “Semoga teman teman serikat mendapat solusi yang terbaik sehingga penyebaran Covid-19 di Kabupaten Gresik juga segera berakhir,” ungkapnya.
Ketua Dewan Perwakilan Cabang (DPC) Serikat Pekerja (SP) logam elektronik mesin serikat pekerja pekerja seluruh Indonesia (LEM-SPSI) Ali Muchsin menyampaikan, kegiatan tanggal 6 sampai 8 Oktober ini sesuai dengan intruksi pusat. “Kami mempertanyakan kenapa pemerintah mengesahkan omnibus law di tengah pandemi Covid-19. Sesuai intruksi sebetulnya akan melaksanakan aksi mogok kerja, tetapi diganti dengan aksi unjuk rasa di Kabupaten Gresik,” tuturnya.
Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Gresik Tri Andhi Suprihartono menyampaikan, saat ini resesi ekonomi di ambang pintu Indonesia. “Maka tandanya ekonomi sedang bermasalah. Ini harus diselesaikan,” kata Andhi.
Adapun rencana aksi tolak dan gagalkan Omnibis Law oleh serikat pekerja digelar di DPRD Gresik dan Pemkab Gresik merupakan gerakan nasional tanggal 6 – 8 Oktober 2020. Rencana akan dilaksanakan aksi mogok kerja di lokasi di setiap perusahaan yang terafiliasi dengan DPC serikat kimia energi dan pertambangan (KEP) konfederasi serikat pekerja Indonesia( KSPI) Gresik. Massa aksi akan blokade akses jalan utama dan jalan tol serta akses jalan nasional di Kabupaten Gresik untuk menarik perhatian supaya membatalkan pengesahan RUU Omnibus Law.(yud/han)