25 C
Gresik
Saturday, 3 June 2023

Diminta DPR Tingkatkan Produksi, PT Smelting Bakal Gandeng Freeport

GRESIK – Komisi VII DPR-RI melakukan kunjungan kerja (Kunker) ke pabrik pengolahan tembaga PT Smelting Gresik. Kunker kali ini bersifat spesifik karena legislatif ingin mengetahui berbagai aktivitas bisnis yang dilakukan PT Smelting sebagai satu-satunya pabrik pengolah dan pemurnian tembaga di Indonesia.

Wakil Ketua Komisi VII DPR-RI, Alex Nurdin mengungkapkan, PT Smelting merupakan satu-satunya fasilitas pengolah dan pemurnian tembaga yang ada di Indonesia saat ini. Sehingga industri ini harus didukung dan diberikan kepastian dalam menjalankan bisnisnya.

“Tujuan kami datang kesini untuk melihat fasilitas yang pengolahan dan pemurnian tembaga. Setelah saya cermati ternyata industri ini cukup strategis dan produk yang dihasilkan banyak dibutuhkan oleh industri lain,” kata dia.

Dia menuturkan, ada banyak harapan yang disampaikan PT Smelting kepada anggota dewan. Diantaranya kepastian hukum dalam berusaha hingga tingginya tarif energi. Hal ini menjadi kendala sekaligus tantangan bagi bisnis PT Smelting.

“Disamping biaya produksi yang naik, saat ini kadar konsentrat tembaga yang diolah terus menurun. Tentu hal ini menjadi tantangan bagi Smelting. Maka dari itu pemerintah hadir untuk ikut mencarikan solusi,” imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis PT Smelting Gresik, Irjuniawan P. Radjamin menuturkan, sejak Pandemi Covid 19 melanda di Indonesia serapan tembaga domestik mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Sebagai gambaran pada tahun 2019 PT Smelting mencatat produksi tembaga hingga 250 ribu metrik ton. Dari jumlah itu sebanyak 90 ribu MT terserap untuk pasar domestik dan sisanya di ekspor. Namun pada 2020, serapan katoda tembaga domestik mengalami penurunan permintaan. Padahal dari sisi produksi PT Smelting berhasil mencatat peningkatan.

“Pada 2020 produksi katoda tembaga mencapai 260 ribu MT. Namun terserap pasar domestik hanya sekitar 60 ribu MT. Turun dibandingkan tahun sebelumnya. Sehingga kami mencari peluang agar tidak rugi. Salah satunya mendorong pasar ekspor,” paparnya.

Wawan (sapaan akrabnya) menuturkan, pada akhir tahun lalu PT Smelting telah melakukan MoU dengan PT Freeport Indonesia untuk melakukan penambahan kapasitas produksi sebesar 30 persen dari kapasitas existing saat ini. Ditargetkan, ekspansi tersebut selesai pada 2023 mendatang.

“Kami berharap pemerintah memberikan dukungan melalui kebijakan yang saat ini tengah dibahas di DPR-RI,” imbuhnya. (fir/rof)

GRESIK – Komisi VII DPR-RI melakukan kunjungan kerja (Kunker) ke pabrik pengolahan tembaga PT Smelting Gresik. Kunker kali ini bersifat spesifik karena legislatif ingin mengetahui berbagai aktivitas bisnis yang dilakukan PT Smelting sebagai satu-satunya pabrik pengolah dan pemurnian tembaga di Indonesia.

Wakil Ketua Komisi VII DPR-RI, Alex Nurdin mengungkapkan, PT Smelting merupakan satu-satunya fasilitas pengolah dan pemurnian tembaga yang ada di Indonesia saat ini. Sehingga industri ini harus didukung dan diberikan kepastian dalam menjalankan bisnisnya.

“Tujuan kami datang kesini untuk melihat fasilitas yang pengolahan dan pemurnian tembaga. Setelah saya cermati ternyata industri ini cukup strategis dan produk yang dihasilkan banyak dibutuhkan oleh industri lain,” kata dia.

-

Dia menuturkan, ada banyak harapan yang disampaikan PT Smelting kepada anggota dewan. Diantaranya kepastian hukum dalam berusaha hingga tingginya tarif energi. Hal ini menjadi kendala sekaligus tantangan bagi bisnis PT Smelting.

“Disamping biaya produksi yang naik, saat ini kadar konsentrat tembaga yang diolah terus menurun. Tentu hal ini menjadi tantangan bagi Smelting. Maka dari itu pemerintah hadir untuk ikut mencarikan solusi,” imbuhnya.

Sementara itu, Direktur Komersial dan Pengembangan Bisnis PT Smelting Gresik, Irjuniawan P. Radjamin menuturkan, sejak Pandemi Covid 19 melanda di Indonesia serapan tembaga domestik mengalami penurunan yang cukup signifikan.

Sebagai gambaran pada tahun 2019 PT Smelting mencatat produksi tembaga hingga 250 ribu metrik ton. Dari jumlah itu sebanyak 90 ribu MT terserap untuk pasar domestik dan sisanya di ekspor. Namun pada 2020, serapan katoda tembaga domestik mengalami penurunan permintaan. Padahal dari sisi produksi PT Smelting berhasil mencatat peningkatan.

“Pada 2020 produksi katoda tembaga mencapai 260 ribu MT. Namun terserap pasar domestik hanya sekitar 60 ribu MT. Turun dibandingkan tahun sebelumnya. Sehingga kami mencari peluang agar tidak rugi. Salah satunya mendorong pasar ekspor,” paparnya.

Wawan (sapaan akrabnya) menuturkan, pada akhir tahun lalu PT Smelting telah melakukan MoU dengan PT Freeport Indonesia untuk melakukan penambahan kapasitas produksi sebesar 30 persen dari kapasitas existing saat ini. Ditargetkan, ekspansi tersebut selesai pada 2023 mendatang.

“Kami berharap pemerintah memberikan dukungan melalui kebijakan yang saat ini tengah dibahas di DPR-RI,” imbuhnya. (fir/rof)

Most Read

Berita Terbaru