REMBANG – PT Semen Indonesia (persero) Tbk melalui mitra binaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) rumah BUMN turut serta melestarikan ‘Batik Ningrat’ Lasem, Rembang, Jawa Tengah.
Batu tulis Lasem disebut batik pesisiran. Motif batik ini cenderung lebih vulgar seperti karakter masyarakatnya, atau bisa disebut lebih ngejreng.
Histori perjalanan batik ningrat ini ada kaitannya dengan Batik Lasem yang dipengaruhi oleh budaya China. Baik dari sisi motif dana warna. Motif yang dominan seperti bunga teratai serta warna merah darah ayam.
Sampai sekarang belum bisa ditiru oleh daerah lainnya.
“Komposisi warna merah sesuai dengan kondisi air di daerah Lasem. Ini dari sisi motifnya,” ujar Rifai ,52, pengrajin batik asal Desa Sumbergirang, Kecamatan Lasem, Rembang
Diakui Rifai, keberadaan batik ningrat yang masih eksis hingga sekarang juga tidak lepas dari peran PT Semen Indonesia atau Semen Indonesia Group (SIG).
“Sejak ada pabrik Semen Gresik di Rembang. Kami diberi pelatihan serta pembinaan apa yang dibutuhkan oleh pengrajin,” ujarnya, Rabu (15/12).
Rifai menjelaskan dirinya memulai usaha pengrajin batik ini sejak tahun 2011. Saat itu, usahanya biasa-biasa saja. Namun, sekarang ini banyak pesanan souvenir batik jika SIG ada tamu pejabat atau ada kegiatan.
Batik tulis yang dikelolahnya lanjut dia, mempekerjakan banyak orang di sekitar lingkungannya. Ada 25 pengrajin batik harian, dan 100 orang yang kerja sampingan.
Sedangkan harga batik yang dijual di pasaran bervariasi mulai dari Rp 150 ribu hingga Rp 5 juta. Yang paling mahal batik bermotif warna merah
Mukaromah ,55, salah satu pengrajin batik yang sudah 15 tahun menekuni warisan budaya ini mengatakan, rata-rata untuk menyelesaikan batik tulis membutuhkan waktu sebulan. Waktunya bisa lebih dan itu tergantung motifnya.
“Kalau yang motifnya biasa satu minggu bisa selesai. Tapi kalau motifnya banyak selesainya sebulan bahkan lebih,” pungkasnya.(yud)