GRESIK – Pembangunan smelter Freeport di Kabupaten Gresik hingga September baru mencapai 5 persen. Sesuai target awal, pembangunan baru akan selesai pada tahun 2023 mendatang. Kondisi ini membuat Freeport pesimis pembangunan bisa selesai tepat waktu.
Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan, total investasi yang sudah dikucurkan perusahaan mencapai 303 juta dolar AS per Agustus 2020. Secara total, pembangunan smelter itu membutuhkan investasi hingga 3 miliar dolar AS. “Progress sampai dengan September 2020 adalah 5,86 persen,” ujarnya.
Sementara itu, sesuai dengan perjanjian dengan pemerintah smelter itu ditargetkan bisa beroperasi pada kuartal IV 2023. Namun, Tony menuturkan pihaknya tengah melakukan negosiasi dengan pemerintah untuk mengundurkan target operasional.
Pasalnya, pandemi covid-19 membuat sejumlah pasokan bahan baku pembangunan smelter dari Kanada, Finlandia, maupun Jepang menjadi terhambat.
“Demikian juga situasi di Gresik yang sempat dideklarasikan sebagai daerah PSBB. Ini, memang kami ajukan permohonan perpanjangan karena covid-19 yang mengakibatkan kami praktis tidak ada kegiatan di Gresik,” imbuhnya.
Nantinya, smelter yang berlokasi di Java Integrated Industrial and Port Estate (JIIPE) Gresik itu akan menghasilkan produk utama, meliputi katoda tembaga, emas, perak murni batangan, dan platinum metal.
Selain itu adapula produk sampingan meliputi asam sulfat, terak tembaga, gypsum, dan timbal. (fir/rof)