GRESIK – Komisi II DPRD mengapreasiasi langkah Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang menjadikan Gresik sebagai prioritas penyaluran kredit usaha perikanan. Sebab, Gresik memiliki potensi yang cukup besar. Selama ini tidak berkembang karena kurangnya modal.
Wakil Ketua Komisi II DPRD Gresik, M Syahrul Munir mengapresiasi peran Kementrian Kelautan dan Perikanan dan mendorong usaha perikanan dan kelautan di Gresik. Pihaknya meminta Pemerintah Daerah (Pemda) untuk segera mengikuti langkah yang diambil kementerian.
“Saat ini petambak ikan di Gresik lebih senang menjual tambaknya untuk dijadikan pabrik atau gudang,” katanya.
Dia pun prihatin jika fasilitas dan sarana prasana perikanan di Gresik, khususnya di Kawasan Perikanan Budidaya seperti Betoyo Guci ini tidak diperhatikan oleh pemerintah.
Begitu juga di daerah yang memiliki potensi perikanan yang sangat bagus seperti di Kecamatan Duduksampean, Bungah, Sidayu, dan Ujungpangkah.
“Produksi perikanan kita mencapai sekitar 140 rb ton per tahun. Tapi saya menilai itu murni dari kreativitas para petambak kita karena pemerintah daerah belum punya support sistem yang baik bagi keberlangsungan para petambak,” tegasnya.
Sekedar diketahui, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menjadikan Kabupaten Gresik sebagai kawasan prioritas untuk pembiayaan usaha kelautan dan perikanan. Direktur Jenderal Penguatan Daya Saing Produk Kelautan dan Perikanan (PDSPKP), Artati Widiarti mengatakan, pihaknya mentargetkan akseleras pembiayaan usaha kelautan dan perikanan hingga Rp 8,98 triliun pada tahun ini.
Baca Juga :Â Naikkan Porsi Kredit Perbankan, Airlangga Dukung Pemberdayaan UMKM
Untuk mengsukseskan hal itu, KKP bakal menempatkan Tenaga Pendamping Usaha Kelautan dan Perikanan (TPUKP) disejumlah lokasi prioritas. Salah satunya di Kampung Budidaya di Kabupaten Gresik, dan Pati serta lokasi pengembangan Klaster Daya Saing di Kabupaten Sambas, Konawe Selatan, dan Ogan Komering Ilir.
“Saya yakin, dengan pendampingan TPUKP dan Dinas Kelautan dan Perikanan di 34 Provinsi, target ini dapat tercapai bahkan bisa terealisasi hingga 2 digit atau mencapai target optimis sebesar Rp10 triliun,” kata Artati. (fir/rof)