GRESIK – Gresik masih menjadi area paling prospektif untuk bisnis perumahan di Jawa Timur. Bagaimana tidak, meski dilanda pandemi Covid-19 harga property masih terus mengalami kenaikan. Bahkan, kenaikannya lebih tinggi bila dibandingkan Surabaya dan Sidoarjo.
Analis properti Marine Novita mengungkapkan harga properti gabungan di Gresik per kuartal kedua 2021 naik 4,55 persen quarter on quarter (QOQ). Padahal pada saat yang sama Surabaya, ibu kota Jawa Timur, hanya naik 1,77 persen QOQ, sedangkan Sidoarjo bahkan turun 2,85 persen QOQ.
“Sepanjang April hingga Juni 2021, rumah tapak menjadi andalan Gresik dengan peningkatan harga properti mencapai 2,80 persen QOQ,” tandasnya.
Menurut dia, naiknya harga property tidak lepas dari lokasi Gresik cukup strategis karena diapit dua pelabuhan sekaligus kawasan industri besar yakni Pelabuhan Teluk Lamong di Surabaya dan Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) di Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik. Kedua kawasan industri ini ke depannya dihubungkan oleh jalur kereta, memanfaatkan bekas rel dari Stasiun Indro menuju Gresik. Rencana itu sedang dimatangkan oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) yang sudah sempat melakukan survei di sepanjang jalur Indro–Gresik.
“Gresik diarahkan sebagai area industri terpadu untuk menyokong Surabaya sebagai pusat kegiatan Indonesia bagian timur, terutama untuk aktivitas ekspor impor,” kata dia.
Di sisi lain, Gresik sudah terhubung dengan dua ruas jalan bebas hambatan, yakni Tol Surabaya–Gresik dan Tol Krian–Legundi–Bunder-Manyar (KLBM). Keduanya mempermudah akses kendaraan dari Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, maupun dari kota-kota lain di Jawa menuju Gresik.
“Harus diakui dalam hal industri, Kabupaten Gresik juga berkembang lebih cepat daripada Kabupaten Sidoarjo maupun Kota Surabaya di tengah pandemi Covid-19 seperti sekarang ini,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Pengembang Perumahan, dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Jawa Timur, Makhrus Soleh mengatakan di kota Gresik, Surabaya dan Sidoarjo pangsa pasar menengah nonsubsidi di bawah Rp 500 juta memiliki potensi menjanjikan, seiring dengan pembangunan infrastruktur.
“Untuk menengah, seperti Sidoarjo dan Gresik sudah mulai menggeliat. Itu masih sama dengan 2020. Sementara yang atas, baru sedikit ada kenaikan,” ujar Makhrus.
Dikatakan, dalam upaya untuk meningkatkan penjualan rumah, terutama di masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), para agen properti diharapkan tidak menaikkan harga terlalu tinggi. Bahkan, para agen properti bisa memberikan potongan harga kepada para calon konsumen.
Adanya potongan harga tersebut, diakui Makhrus juga mampu sedikit meningkatkan penjualan di masa PPKM. Hal tersebut perlu dilakukan untuk menarik minat masyarakat untuk tertarik pada rumah-rumah yang dipromosikan tersebut. Setelah masa PPKM atau pembatasan mobilitas masyarakat berakhir, diharapkan kunjungan calon konsumen meningkat dan seiring dengan penjualan.
“Properti hampir enam tahun ini lesu Banyak calon konsumen yang berharap bisa membeli properti pada tahun ini, karena harganya cukup murah,” pungkasnya. (fir/rof)