GRESIK – PT Petrokimia Gresik (PG) menggandeng PT Garam (Persero) dan Unilever Asia Pte. Ltd, guna menyukseskan pembangunan pabrik soda ash atau Natrium Karbonat (Na2CO3), yang direncanakan bakal beroperasi pada 2024 mendatang.
Ketiga perusahaan sudah melaksanakan penandatanganan nota kesepahaman secara virtual, Kamis (9/2). PG diwakili Direktur Operasi dan Produksi Digna Jatiningsih, PT Garam oleh Direktur Utama Achmad Ardianto, sedangkan Unilever diwakili Inorganics Procurement Director Pratishtha Garg.
Direktur Utama PG Dwi Satriyo Annurogo mengatakan, penandatanganan nota kesepahaman ini dilakukan dalam rangka menjamin ekosistem bisnis rencana pembangunan pabrik soda ash. Nantinya PG akan membeli garam industri sebagai bahan baku soda ash, serta bekerja sama dengan Unilever Asia sebagai offtaker yang akan menyerap produk soda ash.
“Kejja sama dengan PT Garam ini merupakan salah satu bentuk sinergi BUMN, untuk meningkatkan perputaran perekonomian nasional sesuai dengan arahan pemerintah,” ujar Dwi Satriyo
Dia mengungkapkan, pabrik soda ash berkapasitas 300.000 ton per tahun tersebut rencananya akan mulai beroperasi pada akhir tahun 2024 dan bakal menjadi yang pertama di Indonesia. Karena itu, keberadaan pabrik baru ini nantinya sangat penting dan menjadi terobosan transformatif dalam mendukung kemajuan industri kimia nasional.
“Ini menjadi peluang besar, soda ash Petrokimia Gresik nantinya akan memenuhi kebutuhan pasar domestik, dan tidak menutup kemungkinan juga dapat melayani kebutuhan pasar global,” ucap Dwi Satriyo.
Sementara Direktur Utama PT Garam (Persero) Achmad Ardianto menambahkan, penandatanganan nota kesepahaman yang dilakukan merupakan langkah besar bagi PT Garam, untuk mewujudkan rencana jangka panjang dalam berkontribusi menyediakan garam industri yang berkualitas.
“Selain itu, membangkitkan kepercayaan bagi Unilever untuk mendapatkan produk berkualitas, yang disuplai oleh bahan baku dalam negeri yang juga berkualitas,” kata Achmad.
Tidak hanya itu, penandatanganan nota kesepahaman ini juga dinilai mendukung roadmap pemerintah dalam mencapai target substitusi impor sebesar 35 persen tahun 2022, untuk mengurangi ketergantungan impor terhadap barang modal dan bahan baku. (fir/han)