31 C
Gresik
Saturday, 3 June 2023

Asistensi Bea Cukai Gresik Bawa Desa Wedani Jadi Desa Devisa Nasional

GRESIK – Desa Wedani, Kecamatan Cerme akhirnya resmi dinobatkan sebagai desa devisa kerajinan sarung tenun di Indonesia. Bersamaan dengan penobatan tersebut pemerintah desa (pemdes) melalui Koperasi Wedani Giri Nata juga melakukan penandatangan perjanjian kerjasama (PKS) dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

Kegiatan peresmian Desa Wedani menjadi desa devisa digelar di Balai Desa Wedani Kecamatan Cerme. Direktur Fasilitas Kepabeanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai RI, Untung Basuki, Direktur Eksekutif LPEI, James Rompas, Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani dan Kepala Bea Cukai Gresik, Bier Budi Kismulyanto hadir dalam kegiatan tersebut.

Dalam sambutannya, Direktur Fasilitas Kepabeanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai RI, Untung Basuki mengatakan, pemerintah terus berkomitmen mendukung pemulihan ekonomi nasional. Salah satunya dengan mendorong banyak pelaku UMKM yang ada di desa untuk melakukan kegiatan ekspor.

“Kami tidak hanya mendorong industri besar saja untuk ekspor. Pelaku UMKM yang ada di desa juga kami berikan asistensi, pendampingan, coaching dalam rangka bisnis matching agar usahanya bisa berkembang,” kata Untung.

Dia menuturkan, UMKM di Indonesia memiliki potensi yang cukup besar apabila dikembangkan. Untuk itu Bea Cukai hadir dan mendukung para pelaku UMKM di tanah air melalui program klinik ekspor dan rumah solusi ekspor. Program ini nantinya akan membantu para pelaku UMKM tidak hanya mengembangkan produknya melainkan juga mencarikan peluang pasar.

“Kami juga memberikan dukungan melalui insentif fiskal agar UMKM bisa berkembang,” imbuhnya.

D itempat yang sama, Kepala Bea Cukai Gresik, Bier Budi Kismuljanto mengungkapkan, untuk mengantarkan Desa Wedani menjadi desa Devisa, Bea Cukai Gresik tidak membutuhkan waktu yang lama. Sebab, mayoritas para pelaku usaha sarung tenun Wedani sangat antusias saat tim klinik ekspor Bea cukai Gresik datang dan memberikan asistensi serta pendampingan.

“Tidak kurang dari 9 bulan kami secara intensif melakukan pembinaan mulai dari cara penyusunan modul ekspor, penguatan branding hingga penyusunan laporan keuangan. Sehingga hari ini Desa Wedani resmi masuk menjadi 23 desa devisa di Indonesia,” tutur Bier.

Dikatakan, dengan 60 pengrajin, Desa Wedani mampu menyerap 1.500 tenaga kerja dengan kemampuan produksi masing-masing pengerajin sebanyak 200 lembar sarung tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Atas hal itu, Pemerintah dan LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia) menjadikan Desa Wedani sebagai Desa Devisa di Kabupaten Gresik.

“Harapan kami setelah Desa Wedani ditetapkan menjadi desa Devisa akan memberikan semnagat baru agar para perajin sarung semakin semangat untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas produknya,” tandasnya.

Sementara itu, Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani mengatakan produksi sarung tenun Desa Wedani memiliki kualitas yang bagus. Wedani telah memiliki pasar yang cukup luas baik didalam maupun di luar negeri.

“Sampai dengan saat ini, Wedani telah lepas ekspor sebanyak dua kali ke negara Arab Saudi, Ethiopia, Brunei Darussalam dan Malaysia. Kekhasan sarung Wedani dengan berbagai motif seperti Songket Gunung Timbul, Goyor, Corak Liris, Mustamin sangat diminati pasar,” kata Gus Yani.

Karena potensi yang sangat luar biasa itu, Gus Yani mengatakan bahwa Desa Wedani layak untuk mendapat pendampingan dari lembaga terkait agar dapat mengembangkan potensi ekspor dan memiliki pangsa pasar yang lebih luas.  Disamping keterlibatan langsung dari Pemerintah Daerah melalui Diskoperindag Kabupaten Gresik dan Bea Cukai yang terus memberikan arahan dan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh Desa Wedani.

Gus Yani berharap kedepan semakin banyak desa di Kabupaten Gresik yang bisa berinovasi dan menghasilkan produk-produk unggulan sebagai perwujudan One Village One Product.

“Potensi UMKM di Kabupaten Gresik sangat luar biasa. Tugas kita sebagai Pemerintah Daerah akan berkomitmen untuk terus mendorong dan memberikan pendampingan kepada UMKM agar berani ekspor dan bisa menjadi desa devisa seperti halnya Desa Wedani yang merupakan desa percontohan di Gresik. Ini juga sebagai salah satu upaya melakukan pemulihan ekonomi masyarakat,” kata Gus Yani. (fir/rof)

GRESIK – Desa Wedani, Kecamatan Cerme akhirnya resmi dinobatkan sebagai desa devisa kerajinan sarung tenun di Indonesia. Bersamaan dengan penobatan tersebut pemerintah desa (pemdes) melalui Koperasi Wedani Giri Nata juga melakukan penandatangan perjanjian kerjasama (PKS) dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI).

Kegiatan peresmian Desa Wedani menjadi desa devisa digelar di Balai Desa Wedani Kecamatan Cerme. Direktur Fasilitas Kepabeanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai RI, Untung Basuki, Direktur Eksekutif LPEI, James Rompas, Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani dan Kepala Bea Cukai Gresik, Bier Budi Kismulyanto hadir dalam kegiatan tersebut.

Dalam sambutannya, Direktur Fasilitas Kepabeanan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai RI, Untung Basuki mengatakan, pemerintah terus berkomitmen mendukung pemulihan ekonomi nasional. Salah satunya dengan mendorong banyak pelaku UMKM yang ada di desa untuk melakukan kegiatan ekspor.

-

“Kami tidak hanya mendorong industri besar saja untuk ekspor. Pelaku UMKM yang ada di desa juga kami berikan asistensi, pendampingan, coaching dalam rangka bisnis matching agar usahanya bisa berkembang,” kata Untung.

Dia menuturkan, UMKM di Indonesia memiliki potensi yang cukup besar apabila dikembangkan. Untuk itu Bea Cukai hadir dan mendukung para pelaku UMKM di tanah air melalui program klinik ekspor dan rumah solusi ekspor. Program ini nantinya akan membantu para pelaku UMKM tidak hanya mengembangkan produknya melainkan juga mencarikan peluang pasar.

“Kami juga memberikan dukungan melalui insentif fiskal agar UMKM bisa berkembang,” imbuhnya.

D itempat yang sama, Kepala Bea Cukai Gresik, Bier Budi Kismuljanto mengungkapkan, untuk mengantarkan Desa Wedani menjadi desa Devisa, Bea Cukai Gresik tidak membutuhkan waktu yang lama. Sebab, mayoritas para pelaku usaha sarung tenun Wedani sangat antusias saat tim klinik ekspor Bea cukai Gresik datang dan memberikan asistensi serta pendampingan.

“Tidak kurang dari 9 bulan kami secara intensif melakukan pembinaan mulai dari cara penyusunan modul ekspor, penguatan branding hingga penyusunan laporan keuangan. Sehingga hari ini Desa Wedani resmi masuk menjadi 23 desa devisa di Indonesia,” tutur Bier.

Dikatakan, dengan 60 pengrajin, Desa Wedani mampu menyerap 1.500 tenaga kerja dengan kemampuan produksi masing-masing pengerajin sebanyak 200 lembar sarung tenun ATBM (Alat Tenun Bukan Mesin). Atas hal itu, Pemerintah dan LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia) menjadikan Desa Wedani sebagai Desa Devisa di Kabupaten Gresik.

“Harapan kami setelah Desa Wedani ditetapkan menjadi desa Devisa akan memberikan semnagat baru agar para perajin sarung semakin semangat untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas produknya,” tandasnya.

Sementara itu, Bupati Gresik, Fandi Akhmad Yani mengatakan produksi sarung tenun Desa Wedani memiliki kualitas yang bagus. Wedani telah memiliki pasar yang cukup luas baik didalam maupun di luar negeri.

“Sampai dengan saat ini, Wedani telah lepas ekspor sebanyak dua kali ke negara Arab Saudi, Ethiopia, Brunei Darussalam dan Malaysia. Kekhasan sarung Wedani dengan berbagai motif seperti Songket Gunung Timbul, Goyor, Corak Liris, Mustamin sangat diminati pasar,” kata Gus Yani.

Karena potensi yang sangat luar biasa itu, Gus Yani mengatakan bahwa Desa Wedani layak untuk mendapat pendampingan dari lembaga terkait agar dapat mengembangkan potensi ekspor dan memiliki pangsa pasar yang lebih luas.  Disamping keterlibatan langsung dari Pemerintah Daerah melalui Diskoperindag Kabupaten Gresik dan Bea Cukai yang terus memberikan arahan dan berbagai informasi yang dibutuhkan oleh Desa Wedani.

Gus Yani berharap kedepan semakin banyak desa di Kabupaten Gresik yang bisa berinovasi dan menghasilkan produk-produk unggulan sebagai perwujudan One Village One Product.

“Potensi UMKM di Kabupaten Gresik sangat luar biasa. Tugas kita sebagai Pemerintah Daerah akan berkomitmen untuk terus mendorong dan memberikan pendampingan kepada UMKM agar berani ekspor dan bisa menjadi desa devisa seperti halnya Desa Wedani yang merupakan desa percontohan di Gresik. Ini juga sebagai salah satu upaya melakukan pemulihan ekonomi masyarakat,” kata Gus Yani. (fir/rof)

Most Read

Berita Terbaru