GRESIK- Harga minyak goreng (migor) dipasaran Gresik mengalami kenaikan. Disejumlah ritel kini harga migor tembus diangka Rp 19 ribu per liter. Harga ini naik jauh di atas harga rata-rata sebelumnya sebesar Rp 11 ribu per liter.
Produsen minyak goreng PT Wilmar Nabati Indonesia tidak menutup mata jika harga migor saat ini melejit. Hal ini disebabkan rantai pasok maupun beberapa faktor lain.
Corporate Communication PT Wilmar Nabati Indonesia Plant Gresik, Hartono Subeki mengaku jika saat ini pasokan Crude Palm Oil (CPO) mengalami penurunan akibat kendala cuaca maupun pengiriman. Hal ini berimbas pada turunnya produksi migor Wilmar.
“Di samping itu harga CPO saat ini juga mengalami kenaikan. Nah, meskipun kami punya kebun sawit sendiri namun itu belum mampu memenuhi permintaan produksi sehingga kami juga beli sawit dari petani,” kata Hartono.
Dari segi produksi, Wilmar mengalami penurunan hingga 20 persen. Dari sebelumnya produksi 8 ribu ton minyak curah perhari menjadi 6 ribu ton. Padahal kapasitas produksi Wilmar plant Gresik mampu mencapai 10 ribu ton perhari.
Kendala cuaca juga mengakibatkan pengiriman CPO tersendat. Akibatnya stok minyak goreng dipasaran mulai berkurang dan harga menjadi naik,” imbuhnya.
Terpisah, Kepala Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Gresik, Agus Budiono tidak menampik jika harga sembako di Gresik mengalami fluktuasi khususnya minya goreng.
“Memang ada beberapa yang naik dan turun harganya, tetapi tidak signifikan, serta ketersediaannya cukup dan aman sampai akhir 2021,” kata Agus.
Sementara terkait kenaikan harga sembako khususnya minyak goreng, dijelaskan Agus, disebabkan karena pembelian masyarakat yang berlebihan.
“Ini disebabkan panic buying atau permintaan meningkat dan distribusi terbaatas, sehingga harga di pasar naik. Tetapi minyak goreng itu tidak diproduk di Gresik dan tidak signifikan kenaikan harganya. Saya yakin, dalam waktu dekat dengan distribusi lancar, harga minyak kemasan maupun curah segera turun,” pungkasnya. (fir/rof)